- Pengertian Hukum Karma
Karma berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya kerja atau berbuat.
Konsep hukum karma adalah bahwa setiap perbuatan akan memberikan
hasil yang disebut ( phala ). Sehingga setiap hasil yang dipetik atau
diterima oleh seseorang atas perbuatannya disebut karma phala.
Hukum karma adalah hukum Tuhan yang berlaku bagi semua orang. Tidak
memandang apakah orang tersebut percaya atau tidak hukum karma tetap
berlaku. Seperti hukum terbitnya matahari dari timur, orang buta ataupun
orang eskimo yang tidak pernah melihat matahari, bukan berarti matahari
tidak ada. Matahari tetap terbit dari timur. Demikianlah hukum karma
berlaku bagi semua umat manusia dari semua negara, semua suku bangsa dan
semua agama.
Dalam ajaran Hindu , hukum karma merupakan ajaran sebagai landasan ajaran etika dan pegangan dalam mencapai tujuan hidup.
Karma atau perbuatan ini ada tiga bentuk yaitu karma yang dilakukan
oleh pikiran ( Manah ), karma dalam bentuk ucapan (waca ), dan karma
dalam bentuk tindakan jasmanani ( kaya ).
Jadi apapun bentuk aktivitas seseorang pasti ada phalanya (hasilnya)
.Ini berarti tidak ada perbuatan yang tanpa membuahkan hasil, sekecil
apapun kegiatan tersebut.
Sedangkan jika dilihat dari baik buruknya maka perbuatan yang baik
disebut Subha karma dan perbuatan yang buruk disebut Asubha karma.
- Proses berlakunya karma phala
Setiap aktivitas karma seseorang didasari oleh keinginan ( Iccha ).
Timbulnya keinginan akan direspon oleh pikiran. Pikiran inilah yang akan
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan dalam bentuk ucapan
ataupun tindakan jasmani. Keputusan pikiran sangat ditentukan oleh
pengetahuan (jnana), kebijaksanaan ( wiweka), pengalaman hidup serta
karmawasana seseorang.
Jika digambarkan maka proses karma seseorang sebagai berikut :
- Wujud Karma phala
Banyak orang menafsirkan bahwa wujud dari karma phala ( hasil
perbuatan ) seseorang adalah berbentuk materi, seperti kekayaan,
kecantikan atau ketampanan, jabatan, kehormatan dan sebagainya yang
semata-mata diukur dari segi materi.
Secara garis besar memang wujud karmaphala ada dua yaitu berbentuk fisik dan psikis( batin).
Artinya hasil dari perbuatan tersebut dapat dirasakan secara langsung
oleh badan jasmani melalui panca indria atau juga bisa memberikan
suasana batin tertentu pada seseorang.
Contoh:
Jika seseorang pernah berbuat baik misalnya membantu orang yang jatuh
di jalan , suatu saat ketika dia terjatuh di jalan akan ada orang lain
yang menolong. Ini adalah phala secara fisik.
Contoh lain mungkin ada orang yang suka menipu justru akan membuat
hatinya tersiksa karena selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu
dayanya akan ketahuan oleh orang lain. Ini berarti secara psikis dia
menderita.
Wujud dari karmaphala yang akan diterima seseorang tidak dapat
dipastikan. Artinya hasil karma tersebut bisa saja berbentuk fisik, atau
psikis, ataupun kedua nya yaitu fisik dan psikis. Demikian pula kapan
waktunya akan diterima seseorang atas perbuatannya juga merupakan
rahasia Hyang Widhi. Yang jelas bahwa karmaphala itu ada dan akan hadir
tepat pada waktunya.
Diatas kedua wujud karmaphala di atas yang terpenting untuk menjadi
tolok ukur atas hasil perbuatan seseorang adalah akibat dari wujud
karmaphala tersebut.
Artinya seseorang yang menerima karmaphala baik berwujud fisik maupun
psikis apakah mengakibatkan adanya peningkatan kualitas sradha atau
tidak. Apakah menyebabkan kebahagiaan atau penderitaan?
Contoh :
Seseorang yang mendapatkan uang sangat banyak dari hasil judi, diukur
dari segi fisik tentu menyenangkan. Tetapi kemenangan itu justru
menyebabkan dia semakin tergila-gila pada judi, suka berfoya-foya
semata-mata memenuhi nafsu keinginannya. Suatu saat jika dia kalah
berjudi maka kekesalan dan kemarahannya akan dilempahkan pada orang
lain, seperti anak atau istrinya.
Ini menunjukkan bahwa uang yang diperoleh dari hasil judi tersebut
bukan karmaphala yang baik, karena akibat dari uang yang diterima
terebut justrui menjerumuskan dirinya pada karma-karma yang lebih buruk.
Contoh lain mungkin ada seseorang yang secara fisik cacat jasmani,
tetapi dengan kekurangannya tersebut memberikan dia inspirasi dan
kesadaran bahwa hidup ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik,
sehingga dia menjadi orang yang teguh sradha bhakti, serta senantiasa
merasa tentram . Jadi cacat jasmani tersebut bukan hasil karma buruk
tetapi merupakan hasil karma baik yang membawa kebahagiaan bagi dirinya.
Seperti halnya seseorang minum obat pahit untuk kesembuhan dari
penyakitnya.
Kesimpulannya:
Karmaphala yang baik adalah yang dapat meningkatkan kualitas sradha
bhakti untuk mencapai kebahagiaan lahir batin ( moksartham jagat hita )
Karmaphala yang buruk adalah yang menyebabkan seseorang menderita lahir batin dan menurunkan kualitas sradha bhakti.
- Dampak karma bagi seseorang
Setiap karma yang dilakukan setidak-tidaknya ada tiga akibat yang terjadi :
- Karma akan memberi akibat atau balasan atas setiap perbuatan manusia. Baik atau buruk yang akan diterima sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya.
- Karma akan memberi kesan tersendiri kepada pelakunya yang akan melekat pada pikiran pelakunya.
- Karma akan membentuk kepribadian seseorang.
Karma yang memberi kesan dan menjadi kepribadian jiwatman inilah yang
merupakan karmawasana setiap orang, selalu melekat pada setiap
kelahirannya.
- Tiga Macam Karma
Jika dilihat dari segi waktu hasil karma seseorang maka dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu :
- Sanchita Karma
- Prarabdha Karma
- Kryamana Karma
Sancitha karma adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu
yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan
kehidupan kita yang sekarang.
Prarabdha karma adalah karma atau perbuatan seseorang yang pahalanya langsung diterima pada kehidupan ini.
Kryamana karma adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati
pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan
datang..
Meskipun kita menggolongkan karma tersebut seperti di atas tetapi
dalam kenyataan sangat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi setiap
karma yang kita terima saat ini. Mengenai kapan waktu kita akan menerima
pahala atas karma yang kita lakukan juga merupakan rahasia Ida sang
Hyang Widhi.
Manfaat kita mengetahui jenis-jenis karma tersebut adalah untuk
meningkatkan sradha dan bhakti kepada Hyang Widhi. Kita harus yakin
bahwa apapun yang kita alami pada kehidupan ini adalah hasil perbuatan
diri sendiri. Bukan karena orang lain. Bisa saja merupakan pahala atas
karma kita pada kehidupan terdahulu, atau pahala atas karma kita masa
kini.
Oleh karena itu yang terbaik harus dilakukan adalah melaksanakan
tugas sebaik-baiknya, selalu berbuat kebaikan serta tetap yakin dan
bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Laksanakan semua kewajiban sebagai yadnya dan bhakti kepada Ida sang
Hyang Widhi. Jika hal itu sudah dilakukan maka Tuhan pasti akan
memberikan yang terbaik bagi kita. Apa yang seharusnya kita butuhkan
pasti akan terpenuhi, sebagaimana wahyu Beliau dalam Kitab Bhagawad Gita
Bab IX Sloka 22 :
Mereka yang memuja-Ku dan
hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada mereka yang senantiasa gigih
demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang belum dimilikinya dan
akan menjaga yang sudah dimilikinya.
- Pelaksana Karmaphala
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa wujud karmaphala bisa
berbentuk fisik bisa juga berbentuk psikis. Jika karma seseorang harus
diterima setelah meninggal dunia maka atmannya akan menuju sorga atau
neraka. Tetapi bagaimana bentuk pahala dari karma yang harus dinikmati
pada kehidupan ini?
Tentu saja akibat karma akan dirasakan oleh seseorang melalui
interaksi dengan lingkungan, baik alam maupun sesama manusia. Pahala
karma bisa saja dirasakan melalui tangan manusia, binatang, tumbuhan,
serta bisa juga dari alam. Sehingga manusia disamping akan menerima
pahala atas karmanya, tetapi juga sebagai alat untuk membalas karma
orang lain.
Contoh sederhana mungkin suatu ketika kita menerima bantuan dari
orang lain dimana pada waktu tersebut kita benar-benar memerlukan
pertolongan tersebut. Kejadian ini buakanlah suatu kebetulan. Itu adalah
hasil karma kita yang mungkin kita sudah lupa kapan melakukannya,
sehingga disaat yang tepat kita akan menerimanya. Dalam peristiwa
tersebut yang menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan pahala atas karma
tersebut adalah manusia ( orang lain).
Meskipun manusia adalah alat pembalas karma, bukan berarti dia
terbebas atas karma yang diperbuatnya itu tetapi pahala akan selalu
mengikuti karma yang dilakukannya.
Misalkan Andi menolong Budi yang terjatuh dari sepeda motor. Dalam
peristiwa tersebut Budi menerima pahala dalam bentuk pertolongan dari
Andi, pahala tersebut mungkin saja atas kebaikan Budi di waktu lalu
Dalam kasus ini Andi adalah sebagai alat pembalas karma perbuatan Budi
di masa lalu. Meskipun Andi sebagai alat , atas perbuatannya menolong
budi dia juga akan mendapat pahala atas karma tersebut.
Jadi setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu orang
maka dalam peristiwa tersebut ada dua jenis proses karma yang terjadi
yaitu ada pihak yang menerima hasil karmanya dan ada orang yang yang
berkarma dimana hasilnya belum diketahui kapan akan diterima.
Demikian pula alam bisa saja sebagai alat pembalas karma. Bencana
alam bukanlah hukuman Tuhan, tetapi semua itu akibat perbuatan manusia
sendiri.Kesimpulannya :
- Pahala atas karma seseorang dapat diterima di alam niskala ( sorga atau neraka ) juga bisa dinikmati pada saat hidup.
- Pahala karma di dunia bisa diterima melalui tangan manusia atau alam lingkungan.
- Setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu manusia maka akan ada pihak penerima pahala atas karmanya dan ada pihak sebagai pembalas karma sekaligus pelaku karma untuk dirinya.
- Setiap karma yang terjadi akan menjadi penyebab untuk karma-karma berikutnya.
- Dalam rangka meningkatkan karma baik maka pada saat berdoa mohonlah agar kita senantiasa menjadi alat pembalas karma yang baik.
sumber : manacikapura.wordpress
0 comments:
Post a Comment